Sinopsis Mars
Qi Luo yang semula sedang melukis langsung menutup buku gambarnya, mengambil secarik kertas dari dalamnya, dan menggambar denah tempat tersebut. Belum sempat berterima kasih, gadis itu langsung berlari pulang, diiringi tatapan bingung Ling.
Ling ternyata datang mengunjungi sahabat sekaligus seniornya Ming Gao, yang karena kecelakaan balap harus kehilangan sebelah kakinya. Karena sangat sayang pada Ling, pria itu memberikan motornya pada anak muda itu. Saat hendak membuang denah, Ling baru sadar bahwa dibagian belakang kertas itu terdapat gambar sketsa yang sangat bagus.
Saat dikampus keesokan harinya, wajah Qi Luo yang murung terlihat oleh Da Ye, salah seorang sahabat karib Ling yang diam-diam telah menyukai gadis itu sejak masa sekolah. Perhatiannya terpecah oleh deru suara motor yang memasuki kampus dengan kecepatan tinggi. Dosen piket sempat marah besar, namun Ling pandai bersilat lidah dan membuat pria setengah baya tersebut mati kutu.
Saat menaiki tangga kampus, Ling sempat menggoda seorang gadis yang ternyata adalah Qing Mei, seorang teman sekelas yang menyukainya, sehingga ia menyesal setengah mati. Karena berusaha menghindar, dikelas ia menduduki sebuah bangku yang ternyata terletak disebelah bangku yang diduduki Qi Luo. Gadis itu sempat ingin pindah tempat, namun dosen keburu masuk.
Ling yang belakangan sadar berusaha menarik perhatian gadis itu, namun ia malah ditimpuk penghapus papan oleh dosen. Ling yang gesit langsung menghindar, namun penghapus tersebut malah mengenai Da Ye yang duduk dibelakangnya. Saat dikamar mandi, Da Ye meminta Ling untuk tidak mendekati Qi Luo.
Namun ucapan sahabatnya tersebut malah membuat Ling semakin penasaran. Saat bertanding basket, ia meminjam uang dan ikat rambut gadis itu dan menjanjikan akan membayar dua kali lipat bila menang taruhan. Qi Luo sebenarnya tidak suka dengan Ling karena dianggap biang onar, namun pandangannya berubah setelah Ling datang menyelamatkannya dari pelecehan seksual seorang guru.
Ling terngiang-ngiang oleh ucapan dokter yang pernah menanganinya, dan karena tidak bisa tidur, ia memandangi lukisan Qi Luo. Paginya ia langsung mendatangi gadis tersebut dikelas kesenian, dan mengembalikan gambar tersebut. Ia terkejut mendengar Qi Luo mengucapkan terima kasih.
Gadis itu menawarkan lukisan terbarunya pada Ling, yang membuat pemuda itu senang sekali. Iseng-iseng ia menawarkan tubuhnya sebagai imbalan, yang ternyata ditanggapi Qi Luo dengan serius sehingga Ling kaget dan menjatuhkan beberapa patung yang ada didekatnya. Ternyata, gadis pendiam itu menginginkan Ling menjadi model bagi lukisannya.
Saat dilukis, Ling melontarkan pesimismenya terhadap dunia, namun saat ditanya Qi Luo, ia tertidur. Saat di kelas bahasa Inggris, Guru Fang berusaha mempermalukan Ling dengan menyuruhnya maju mengerjakan tugas. Siapa sangka, Ling mampu menyelesaikannya dengan baik bahkan menulis pelecehan yang dilakukan pria itu terhadap siswi sekolah.
Peristiwa tersebut ternyata membuat guru Fang mendendam, motor Ling tanpa disadari si empunya dikerjai sehingga remnya bocor. Untung Ling jago mengendarai motor, ia mampu menghindari tabrakan dengan sebuah truk dengan aksi menawan. Keesokan harinya, ia menarik guru Fang untuk berbicara empat mata. Perang urat syaraf yang dilontarkannya membuat guru tersebut mundur dari jabatannya.
Melihat Qi Luo akrab dengan Ling, Qing Mei yang cemburu menarik gadis tersebut keatap sekolah dan bersama teman-temannya mengancam gadis itu untuk tidak berdekatan dengan pria itu. Mereka menelanjangi gadis itu hingga hanya mengenakan pakaian dalam, dan meninggalkannya begitu saja.
Secara kebetulan Ling yang ingin menyendiri naik ke atap sekolah, dan menemukan Qi Luo dalam keadaan mengenaskan. Dengan lembut ia memasangkan jaketnya ke tubuh Qi Luo, dan melanggar janjinya untuk tidak memboncengi wanita manapun dengan mengantar Qi Luo pulang dengan motornya. Qing Mei yang sekelebat melihat Qi Luo dibonceng Ling semakin kesal.
Da Ye yang masih kesal dengan sikap Ling mendadak diajak sahabatnya tersebut pergi ke sebuah tempat, dimana Qi Luo telah menunggu. Suasana yang sempat berlangsung kaku dicairkan oleh ucapan Ling yang sangat mengejutkan, ia langsung bertanya apakah Qi Luo tidak keberatan berkencan dengan Da Ye, yang hanya dibalas oleh suara pelan gadis itu.
Mendengar Qi Luo berkata tidak keberatan, muka Ling sempat berubah sesaat. Ia langsung meninggalkan gadis itu dan Da Ye berdua. Saat mengobrol berdua, sinar mata Qi Luo langsung berubah ketika topik pembicaraan berpindah mengenai Ling. Da Ye langsung bisa menduga kalau hati gadis yang disukainya sejak SMU tersebut sudah direbut sahabatnya sendiri.
Keesokan harinya di sekolah, Qi Luo yang hendak masuk ke dalam kelas bersama Da Ye dicegat oleh Qing Mei dan gerombolannya. Tidak curiga, Da Ye langsung masuk dan memberitahu Ling tentang kejadian tersebut. Ling langsung berlari keluar kelas karena kuatir terjadi sesuatu dengan Qi Luo, yang disaat bersamaan kembali diancam Qing Mei untuk menjauhi Ling.
Kali ini, Qi Luo tidak gentar dan rela kehilangan tangan kanannya hanya untuk bisa bersama Ling. Ucapan tersebut membuat Qing Mei mengurungkan niatnya, tepat pada saat Ling datang. Ia langsung memeluk Qi Luo, mengajaknya keluar, dan mengancam akan membunuh Qing Mei bila gadis itu berani berbuat macam-macam terhadap Qi Luo.
Da Ye langsung mendekati Qing Mei untuk menasehatinya, dan memberitahu bahwa meski sudah menunggu lama, kadang seseorang tidak mampu meraih cinta yang diinginkannya. Ia mengajak Qing Mei untuk bersama dengannya bersahabat dan berusaha menyatukan Ling dan Qi Luo. Malamnya, Ling mendatangi rumah Qi Luo dengan motor besarnya dan memberi gelang keberuntungannya pada gadis itu.
Tidak hanya itu, Ling juga mencium gadis itu, yang malamnya tidak bisa tidur saking bahagianya. Tapi harapan tinggal harapan, paginya di kampus Ling meminta maaf atas kejadian tersebut dan meminta Qi Luo tidak salah paham. Hal itu membuat gadis itu langsung menitikkan air mata saat membalikkan badan.
Saat keluar dari kantor, ia berpapasan dengan Qi Luo. Ling berusaha membuat gadis itu menjauh dengan melontarkan kata-kata kasar, tapi Qi Luo sudah tahu akan niat tersebut. Ia berjanji tidak akan mengganggu Ling lagi seandainya proyek lukisan mereka sudah selesai.
Saat makan siang, Da Ye berusaha menghindar dari Ling, namun ia malah ditarik dan didudukkan satu meja dengan Qi Luo. Dengan santainya Ling langsung meninggalkan mereka berdua, dan memangku seorang gadis. Saat ngobrol berdua, Da Ye meminta Qi Luo mengakui kalau dirinya menyukai Ling. Pria baik hati itu meyakinkan Qi Luo bahwa dirinya mungkin adalah cinta pertama Ling.
Tidak hanya itu, Da Ye juga berjanji akan membantu Qi Luo dan memberi tips-tips menghadapi Ling. Meski sulit untuk diucapkan, tapi sikap Da Ye menunjukkan kalau dirinya sudah merelakan Qi Luo bersanding dengan Ling. Malamnya ia mendatangi rumah sahabatnya tersebut untuk minum bir bersama, mereka akhirnya berbaikan.
Saat dilukis disanggar, Ling kerap melawan dan malah asyik bermain game di ponsel milik Qi Luo. Ternyata diam-diam kakak kelas Qi Luo yang bernama Chang Ze melukis pria itu, tapi Ling mengetahuinya, marah besar, dan merobek gambar tersebut didepannya. Tidak hanya itu, ia mengkritik lukisan pria itu sebagai gambar tak berjiwa, sehingga Chang Ze marah.
Di rumah, Qi Luo kebingungan karena gambar sketsa ibu-anak yang hendak diberikannya pada Ling hilang. Jawabannya diperoleh keesokan harinya, Ling melihat gambar tersebut di koran sebagai gambar pemenang penghargaan. Namun nama si penggambar bukan Qi Luo melainkan Chang Ze. Sadar apa yang terjadi, Ling mendatangi kakak kelasnya tersebut dan menghajarnya habis-habisan.
Qi Luo mendatangi Chang Ze dan mengemis-ngemis supaya sketsa ibu-anaknya dikembalikan karena gambar itu sangat berarti sebagai awal perkenalannya dengan Ling. Chang Ze akhirnya mengembalikan kertas tersebut dengan diam-diam, dan Qi Luo mendapat sahabat baru yang tidak diduganya sama sekali: Qing Mei.
Kejadian tersebut membuat Ling diskors selama seminggu, namun setelah sembilan hari, Ling belum juga menampakkan batang hidungnya sehingga Qi Luo kuatir. Bermodal kertas alamat, Qi Luo nekat bolos sekolah. Saat tiba, ia terkejut melihat Ling terkapar seperti orang mati. Kepanikannya dilihat oleh seorang tetangga, yang dengan santai mengatakan bahwa itulah Ling kalau tidur.
Benar saja, saat tubuhnya digoyang-goyang, Ling langsung bangun. Dengan cueknya Ling langsung mandi di pancuran yang terletak tidak jauh dari Qi Luo, sehingga membuat gadis itu jengah. Dengan jujur pria itu mengaku kalau dirinya harus bekerja malam sebagai kuli sehingga paginya tidak bisa kuliah karena kelelahan.
Perlahan, Ling mulai menceritakan tentang masa lalunya terutama mengenai fakta kalau dirinya pernah mendekam di sebuah rumah sakit jiwa selama beberapa waktu. Kesempatan itu digunakan Qi Luo untuk memberikan gambar ibu-anak pada Ling, namun gambar tersebut malah dibakar. Beruntung Qi Luo tidak marah, malah mengajak Ling menghabiskan waktu di sebuah galeri seni.
Dijalan mereka bertemu seorang suster, yang memanggil Ling dengan nama A Sheng. Belakangan Ling mengaku pada Qi Luo kalau A Sheng adalah adik kembarnya yang telah meninggal karena bunuh diri. Saat membicarakan A Sheng, Ling kembali terbayang saat tubuh adiknya menghempas bumi, sehingga ia mendadak jatuh pingsan. Qi Luo panik, apalagi denyut nadi Ling seolah berhenti.
Kejadian yang belakangan sering dialami membuat Ling memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit jiwa tempatnya dirawat dulu. Sempat mendengar suara-suara aneh, ia bertemu dengan dokter yang dulu merawatnya. Ling dinasehati supaya bisa menemukan cara saat gejala penyakitnya kambuh.
Setelah keadaan mulai membaik, Ling mengajak Qi Luo ke rumah salah seorang sahabatnya Ming Gao dan dikenalkan dengan istri sahabatnya tersebut yang juga seorang mekanik motor Xiang Zhi. Qi Luo sempat heran melihat wanita itu begitu tegar menghadapi kondisi fisik suaminya, dengan arif Xiang Zhi mengatakan bahwa itulah resiko bersuamikan seorang pembalap.
Saat hendak bertanya tentang Sheng, pembicaraan terputus oleh masuknya Ling dan Ming Gao. Qi Luo diberitahu kalau Ling akan berangkat ke Jepang untuk mengikuti serangkaian sirkuit balapan. Saat disekolah, Qing Mei mengajak gadis itu untuk membeli perlengkapan selama di Jepang, namun Qi Luo dengan berat hati mengatakan kalau dirinya tidak akan berangkat karena tidak mendapat ijin.
Ling sendiri akhirnya berangkat dengan Da Ye, Qing Mei, dan A Bing. Sebelum berpisah, Qi Luo hendak mengembalikan gelang keberuntungan Ling namun ditolak sehingga sebagai gantinya ia memberikan ikat rambut yang pernah dipinjam pemuda itu.
Saat di Jepang, catatan rekor waktu Ling tidak terlalu bagus sehingga Ming Dao kuatir hal itu akan mempengaruhi mental bertandingnya. Siapa sangka keesokan harinya Ling tampil ganas, namun diputaran terakhir saat hendak meng-overlap pembalap lain, ia dipepet sehingga motornya membentur pembatas area.
Ling memacu motornya dengan kecepatan tinggi, dan berhasil menjadi orang pertama yang mencapai garis finish. Hal tersebut disambut gembira oleh para sahabatnya, namun tidak berlangsung lama. Karena melanggar bendera kuning, posisinya melorot ke urutan ke-7.
Ming Gao mengira kegagalan tersebut tersebut akan membuat Ling patah semangat, namun lagi-lagi dugaannya meleset. Gemuruh tepuk tangan yang diberikan penonton karena aksi spektakuler Ling menjadi momen tersendiri yang tidak bisa dilupakannya selama berada di Jepang. Ia langsung mengabari Qi Luo, yang bahagia mendengar suara pria yang dicintainya.
Setibanya di Taiwan, Ling langsung diajak Qi Luo ke sebuah pameran dimana lukisannya yang menampilkan Ling sebagai model dipajang. Awalnya pria itu enggan masuk karena tidak ingin melihat wajahnya sendiri, namun melihat wajah penuh pengharapan Qi Luo, niat tersebut diurungkannya. Seorang satpam yang hendak menegurnya terkesima melihat kesamaan gambar dengan aslinya.
Saat mereka pulang, seorang wanita muncul dan raut wajahnya sangat terkejut melihat lukisan yang sepertinya tidak asing lagi. Beberapa saat kemudian, Qi Luo mendapat telepon dari seorang pria yang menanyakan seputar model lukisannya.
Di kelas, murid-murid sepakat untuk melakukan lelang amal. Siapa yang menang akan 'mendapatkan' Ling selama sehari. Saat bazaar dimulai, Ling mengikuti lomba basket yang hadiah utamanya adalah sebuah kalung indah. Sementara tak jauh dari sana, lelang memperebutkan Ling berjalan dengan sangat seru, masing-masing memberikan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan pria itu.
Mendadak dari arah belakang, seorang gadis mengacungkan tangan dan menawarkan harga sangat tinggi yang tidak mampu disaingi siapapun. Gadis misterius itu ternyata tidak memiliki uang sebanyak itu, dan menawarkan sebuah jam sebagai gantinya. Saat berhadapan dengan Ling, gadis itu langsung menampar pria itu kemudian memeluknya.
Saat mengobrol berdua dengan Qi Luo, Zhu Li menceritakan kisah dibalik meninggalnya Sheng. Menurutnya, saat itu Ling mengaku kalau dirinyalah yang mendorong sang adik. Meski tidak ada yang percaya, sejak itu satu sekolah mulai meragukan kewarasan Ling.
Meski kabarnya Sheng meninggal karena Sha Shi yang semula pacarnya direbut Ling, namun Zhu Li mengaku dirinya tidak percaya begitu saja karena ia tahu betul sifat Sheng yang sebenarnya. Saat hari mulai beranjak malam, Ling dan Sha Shi masih berada di tepi pantai. Sebelum berpisah, Sha Shi meminta Ling untuk memasangkan kalung perak. Ia juga mengatakan tidak akan melepas Ling.
Qi Luo masih tetap menunggu Ling dikampus meski hari telah gelap, karena ia yakin pria itu akan menepati janjinya. Tak lama kemudian muncul seorang pria, bukan Ling melainkan Da Ye. Begitu Ling muncul, ia langsung dimarahi oleh sahabatnya tersebut, yang mengatakan akan berusaha merebut Qi Luo seandainya tidak dijaga.
Paginya saat bersama Qing Mei, Qi Luo didatangi oleh Sha Shi. Niatnya memanas-manasi, Sha Shi kaget melihat gelang keberuntungan Ling melingkar di pergelangan tangan saingannya tersebut. Ia naik pitam dan berusaha melepaskannya, namun Qi Luo menepis sehingga Sha Shi terjatuh. Kejadian tersebut dilihat oleh Ling, yang langsung menampar Sha Shi.
Pria itu meminta Shi untuk meminta maaf pada Qi Luo, yang dengan berat hati dilakukannya. Ling juga mengatakan tidak ingin melihat gadis itu lagi karena hubungan mereka adalah bagian dari masa lalu. Sha Shi yang shock nyaris saja ditabrak mobil kalau saja Ling tidak menyelamatkannya.
Akibat kejadian tersebut, tangan kanan Ling mengeluarkan banyak darah sehingga harus dibawa kerumah sakit. Saat menunggu dokter mengobati, Sha Shi memohon pada Qi Luo supaya melepaskan Ling untuk kembali kesisinya. Permintaan tersebut membuat gadis itu semakin bingung.
'Ajakan' ibunya tersebut tentu saja membuat Ling bingung, pasalnya terkadang wanita itu kerap memuji wajah Ling yang disebut-sebut semakin mirip dengan sang ayah. Pembicaraan tersebut terpotong oleh Sha Shi yang tiba-tiba muncul.
Gadis itu langsung marah-marah dan mengatakan kalau dirinyalah yang meminta Sheng supaya 'menghilang' dari dunia. Setelah mengeluarkan pernyataan mengejutkan tersebut, Sha Shi langsung berlari meninggalkan Ling dan Qi Luo. Belakangan Ling mengejar gadis itu, namun tidak menemukannya dimanapun.
Qi Luo sendiri sebenarnya menyangsikan Sheng akan bunuh diri hanya karena omongan tersebut, mengingat Sheng sangat menyayangi kakak kandungnya tersebut. Saat kembali, Ling yang tidak menemukan Sha Shi mulai menduga kalau gadis itu berencana bunuh diri, dan mengajak Qi Luo dan Zhu Li keatap sekolah untuk memeriksa.
Saat hendak menaiki tangga, Ling kembali pingsan namun saat sadar, ia mulai mengingat semua kejadian termasuk sebab kenapa Sheng bunuh diri. Ia langsung berlari keatap, dan mendapati Sha Shi, yang mengaku ingin bunuh diri namun tidak berani. Saat itulah Ling menyampaikan kebenaran yang diketahuinya: Sheng bunuh diri karena mereka bukan anak kandung sang ayah.
Keesokan harinya Ling kembali tidak masuk sehingga membuat Qi Luo kuatir. Saat disusul kerumahnya, pemuda itu ternyata sakit panas dan belum juga bangun. Dengan nekat, Qi Luo menelepon sang ibu dan beralasan dirinya menginap di rumah Qing Mei untuk menghabiskan malam merawat Ling yang sedang dalam kondisi tidak sehat.
Keesokan harinya saat bangun, Ling yang sudah sehat terkejut melihat Qi Luo telah menyiapkan makan pagi. Saat mengobrol, Qi Luo akhirnya tahu bahwa Ling-lah yang memberitahu Sheng perihal kenyataan hubungan sang ibu dengan pria lain tersebut. Alasannya sangat sederhana: Ling tidak suka melihat Sheng yang sifatnya terlalu baik dan lembut.
Saat berada diluar kelas, Qi Luo menanyakan kepada Ling apakah masalahnya dengan Sha Shi sudah diselesaikan atau belum. Saat keduanya mulai berbicara serius, Zhu Li muncul dan memberitahu Ling kalau Sha Shi telah menunggunya untuk membicarakan masalah penting.
Saat tinggal berdua, Zhu Li meminta Ling untuk merawat Sha Shi dan menuduhnya berpacaran dengan Qi Luo karena sifat gadis itu yang mirip dengan Sheng. Saat bertemu, wajah Sha Shi langsung berbinar dan terus mengatakan bahwa hubungannya dengan Ling akan dimulai dengan awal baru. Perubahan sikap Ling membuat gadis itu mulai kuatir.
Apa yang ditakutkannya benar, Ling meminta Sha Shi untuk belajar menghargai diri sendiri dan menghargai apa yang dimiliki saat ini. Pria itu juga mengatakan kalau berbeda dengan saat bersama Sha Shi, kehadiran Qi Luo membuatnya seakan tidak berdaya. Saat Ling sudah pergi, Sha Shi sambil meneteskan air mata berbisik bahwa ia tahu akan kehilangan Ling sejak pertama bertemu Qi Luo.
Ling akhirnya kembali bersama Qi Luo, yang memintanya mengajari cara mengendarai motor. Gadis itu senang sekali melihat segalanya berjalan lancar, namun Ling lupa mengajarinya satu hal: cara mengerem. Nyaris saja ia dan motornya masuk ke sungai kalau tidak ditolong Ling. Sambil mengobrol, keduanya berandai-andai akan jadi apa dalam waktu beberapa tahun mendatang.
Lukisan Qi Luo yang berjudul Mars menarik perhatian seorang pria setengah baya, namun Qi Luo menolak menjualnya. Saat diceritakan, Ling yang tidak antusias menciumnya, yang langsung dibalas Qi Luo. Ciuman keduanya yang semakin panas terhenti oleh sikap aneh Qi Luo yang membuat Ling bingung.
Keesokan harinya saat mengobrol dengan Da Ye tentang cinta, mendadak Ling ditabrak oleh seorang pemuda dari arah belakang. Saat Ling mengatakan bahwa pemuda misterius itu mirip wanita, Da Ye menimpali dengan mengatakan bahwa pria itu sedang menjadi pembicaraan mahasiswa satu kampus. Mereka tidak sadar kalau pemuda itu, Hong Dao, akan mendatangkan kesulitan dikemudian hari.
Saat berjalan keluar kampus, Qi Luo melihat Hong Dao sedang duduk sendiri dan meneteskan air mata. Hal itu membuatnya iba, sehingga ia mengajak pria itu mengobrol. Hong Dao mengaku kalau ia berharap seperti Ling, ia juga tahu kalau Qi Luo adalah pacar Ling.
Ling menjemput Qi Luo ke klub kesenian, namun disana ia bertemu dengan seseorang yang tidak diharapkan sama sekali: Hong Dao. Nyaris saja pria itu dilabraknya, namun Qi Luo memarahi Ling dan menyuruhnya minta maaf. Ternyata, Hong Dao telah mendaftarkan diri sebagai anggota baru klub kesenian.
Berusaha membuka percakapan, Ling menyindir bahwa ia kagum dengan Hong Dao yang diduganya biseksual. Saat ditanya gadis seperti apa yang disukai, Hong Dao menyebut nama Qi Luo. Ucapan itu membuat Ling naik pitam dan nyaris menghajarnya kalau saja tidak dicegah oleh Qi Luo.
Saat Ling bermain bilyar, Hong Dao tiba-tiba muncul dan mengajaknya adu kemampuan dengan taruhan: kalau Ling menang maka sejumlah uang menjadi miliknya namun bila kalah, ia menjadi milik Hong Dao selama beberapa jam. Ling yang terlalu bernafsu akhirnya kalah sehingga mau tidak mau ia menjadi 'budak' pria aneh itu.
Disebuah gudang terpencil, Hong Dao memberitahu bahwa Ling pernah menolongnya saat dipukuli orang disana lima tahun silam. Cerita itu disampaikannya ke Qi Luo, dan pria itu mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak disengaja. Qi Luo memberikan ciuman kilat pada Ling dan mengatakan bahwa pria itu tidak sadar kalau dirinya memiliki kebaikan hati.
Saat sampai dirumah, Ling telah dinanti seorang polisi bernama Tian, yang mendengar kabar kalau Hong Dao bersekolah di tempat yang sama dengan Ling. Pria itu menceritakan latar belakang Hong Dao yang mirip dengan Ling : sama-sama pernah dirawat di rumah sakit jiwa, namun kasusnya lebih parah karena membunuh orang. Keesokan harinya, Ling meminta Qi Luo untuk tidak berhubungan lagi dengan Hong Dao.
Kemunculan Hong Dao untuk kedua kalinya ditempat bilyar membuat Ling kesal, ia mengambil sebatang rokok dan mematikannya di telapak tangan Hong Dao. Luka tersebut membuat Qi Luo iba, namun ia malah dimarahi oleh Ling. Dari A Bing, Qi Luo akhirnya tahu kalau Hong Dao pernah membunuh orang.
Menatap mata Ling, Hong Dao mengatakan bahwa Qi Mu memang pantas mati. Ucapan yang tidak diduga sama sekali itu langsung membuat Qi LUo mual dan berlari kekamar kecil. Ling menemaninya, namun pria itu malah dimarahi karena tidak jujur seputar pekerjaan sampingannya di klub bilyar.
Keesokan harinya, Qi Luo telah ditunggu Ling di taman kampus. Pria itu minta maaf dan berjanji untuk mencari pekerjaan yang lebih baik serta tidak merahasiakan apapun dari Qi Luo. Belakangan, Qi Luo mengaku kalau ia merasa sedikit cemburu dengan Hong Dao, yang dinilai memiliki banyak persamaan dan kecocokan dengan Ling. Gadis itu kembali diingatkan bahwa Hong Dao tidak sepolos yang diduga.
Saat hendak kembali kekelas, Qi Luo dicegat Hong Dao. Pria itu memberitahu bahwa Ling-lah yang menyebabkan luka bakar ditangannya. Tak lama setelah kejadian tersebut, Hong Dao mendatangi Ling yang sedang tertidur diruang kesenian. Saat hendak menciumnya, Ling mendadak bangun.
Pembicaraan Hong Dao yang mulai menunjukkan kegilaannya membuat Ling muak, pria itu memutuskan untuk memberi pelajaran tentang detik-detik menjelang kematian. Ling nyaris saja membunuh Hong Dao, namun sebuah gelas pecah membuatnya sadar. Bukannya takut, Hong Dao malah tertawa dan menyebut kalau Ling sama dengan dirinya. Ucapan tersebut didengar Qi Luo yang berada dibalik pintu.
Saat hendak pulang, Qi Luo mendapat telepon yang mengabarkan kalau ibunya masuk rumah sakit. Menurut keterangan dokter, wanita setengah baya itu hanya kelelahan. Qi Luo langsung ingat akan ucapan ibunya yang mengatakan akan mencari uang tambahan untuk biaya kuliah putrinya tersebut, ia langsung menangis terisak-isak. Ling sendiri baru mengetahui kabar tersebut keesokan harinya dari Qing Mei.
Qi Luo yang baru keluar dari rumah sakit keesokan harinya terkejut melihat Ling telah menunggunya. Pria itu pula yang menemani gadis itu tidur saat hari menjelang malam, karena Qi Luo mengaku takut gelap dan kerap berhalusinasi akan ada orang aneh yang mendatanginya.
Hong Dao masih belum kapok untuk meneror Ling, ia mendatangi pemuda itu dan menanyakan apakah Ling mulai takut padanya. Dengna jujur pemuda itu mengatakan bahwa ia takut Hong Dao akan membuatnya kehilangan orang yang dicintai, dan meminta pemuda itu untuk menjauhinya. Ucapan tersebut membuat Hong Dao memandang Qi Luo sebagai ancaman baru, ia mulai merencanakan cara untuk mengenyahkan gadis itu dari sisi Ling.
Qi Luo ternyata dijebak oleh Hong Dao, ia dibawa keatap gedung rumah sakit karena ingin dilenyapkan oleh pria itu, yang tidak ingin Ling berubah menjadi sosok yang membosankan. Disuruh melompat dari atap, Qi Luo berontak dan terjadi pergumulan diantara keduanya.
Ketika mengetahui Qi Luo tidak ada dirumah sakit, Ling sempat panik. Namun saat berjalan di koridor, dari jendela ia melihat selendang yang dipakai Qi Luo jatuh dari atap gedung. Ia langsung berlari sekencang-kencangnya, dan tiba tepat pada saat Hong Dao nyaris membunuh gadis yang dicintainya itu.
Hong Dao yang babak-belur dihajar Ling nyaris saja dijatuhkan dari atap gedung kalau saja Qi Luo tidak mencegah, namun pria aneh itu malah tertawa-tawa seperti orang gila. Ia mengatakan bahwa Ling berusaha menghindarinya karena tidak berani berhadapan dengan diri sendiri, yang memiliki sifat sebuas Hong Dao.
Ucapan tersebut benar-benar memukul batin Ling, ucapan Qi Luo yang bernada menghibur tidak mampu mengobati kesedihannya karena jauh didalam hatinya, ia merasa bahwa apa yang diucapkan Hong Dao benar adanya. Bahkan, Ling mengaku kalau dirinya sudah siap membunuh musuhnya tersebut dengan cara paling sadis.
Keesokan harinya Qi Luo mengajak Hong Dao bertemu, yang membuat pria itu heran dengan keberanian gadis itu. Qi Luo menasehati Hong Dao untuk tidak menyamakan Ling dengan dirinya, karena dunia Ling penuh warna dan apapun usahanya akan percuma. Tidak berkata apa-apa, Hong Dao beranjak pergi. Di tangga berjalan, ia kembali berulah sehingga berurusan dengan pihak berwajib.
Ancaman Hong Dao yang mengetahui masa lalu Qi Luo yang kelam membuat gadis itu diserang mimpi buruk setiap malam, bayang-bayang kejadian traumatis yang dialaminya kembali muncul. Di tempat kuliah, ia mendapat berita dari Da Ye kalau kejadian dengan Hong Dao nampaknya benar-benar memukul Ling. Qi Luo memutuskan untuk mendatangi rumah pria itu.
Benar seperti dugaannya, Ling ada disana dan saat mengobrol, mengatakan bahwa dirinya sama persis dengan Hong Dao. Namun, kelembutan Qi Luo mampu menghibur pria itu. Keduanya berciuman, dan nyaris saja terjadi sesuatu yang lebih kalau saja Qi Luo tidak berteriak histeris. Pelan-pelan, mulai terkuak misteri dibalik ketakutan Qi Luo bermesraan dengan pria.
Sambil terisak, Qi Luo mulai menceritakan kejadian terkutuk yang selama ini menghantuinya dalam mimpi buruk. Meski lega, kisah tersebut membuat Qi Luo merasa tidak pantas bersanding dengan Ling dan minta supaya hubungan mereka berakhir. Tanpa terasa, Ling menitikkan air mata.
Setelah kejadian tersebut, Qi Luo mencari Qing Mei dan menangis terisak-isak dipelukan gadis itu sambil menceritakan kalau ia sudah tidak bisa bersama Ling lagi. Gadis malang itu memutuskan untuk menginap dirumah sahabatnya tersebut sambil menenangkan hatinya yang gundah. Esoknya disekolah, bangku disebelah Qi Luo kembali kosong.
Dari belakang mendadak terdengar suara ribut, yang disebabkan oleh Ling yang masuk ke kelas dan menarik Qi Luo keluar. Protes guru yang mengajar tidak dihiraukannya, ia memacu motornya sambil memboncengi gadis itu ke tepi pantai dan menjernihkan semua masalah. Disana, Ling mengatakan bahwa sama seperti Qi Luo, dirinya sendiri juga termasuk kategori tidak normal.
Ling juga mengatakan kalau ia tidak mengerti perasaan Qi Luo karena bukan perempuan, namun ia sadar sangat sulit melupakan suatu kejadian yang membekas. Menurut Ling, yang terpenting adalah apapun yang terjadi, sosok Qi Luo dihatinya tidak berubah. Ucapan tersebut membuat gadis itu menangis dan langsung memeluk Ling, yang tersenyum.
Keduanya kemudian membantu dua orang anak kecil untuk membangun sebuah puri pasir yang megah. Saat matahari sore turun, Ling mengatakan bahwa sama seperti istana pasir yang akan hancur setelah diterpa air laut, kenangan dapat selalu dibuat lagi. Saat kembali ke kampus, keduanya langsung dihukum.
Saat berjalan bersama Qing Mei, Qi Luo melihat sosok Hong Dao ditengah keramaian dan memutuskan untuk mengunjungi pria itu dirumah sakit. Nasehatnya kembali tidak diperdulikan, bagi Hong Dao kebahagiaan adalah tipuan dan selalu didapat diatas penderitaan orang lain.
Qi Luo sadar tidak ada gunanya membujuk Hong Dao, dan memutuskan untuk mencari kebahagiaannya sendiri bersama sahabat-sahabat terbaiknya. Namun saat pulang, sosok dari masa lalunya yang kelam muncul: ayah tiri yang pernah memperkosanya.
Kembali ke rumah lama membuat bayangan masa lalu kembali menghantui Qi Luo, ia merasa sang ayah tiri selalu mengintai di tiap sudut rumah dan siap menyergap saat ia lengah. Ling sendiri baru tahu berita kepindahan Qi Luo tersebut dari A Bing, yang kebetulan membantu proses pindahan tersebut.
Qi Luo memutuskan untuk memberitahu Ling dengan ditemani Qing Mei dan Da Ye disebuah restoran. Ling yang sudah tahu Qi Luo telah pindah terkejut mendengar gadis itu ternyata kembali bersama sang ayah tiri dan seperti yang bisa ditebak, pria itu marah sekali terutama dengan keluguan Qi Luo yang menyatakan percaya pada janji ayah tirinya untuk berubah.
Setelah Da Ye dan Qing Mei pergi, Ling meminta Qi Luo untuk tinggal dengannya. Gadis itu menolak dengan alasan tidak ingin meninggalkan ibunya, namun ucapan tersebut membuat Ling kesal dan langsung memberikan vonis: ia sudah tidak tahan lagi berhubungan dengan Qi Luo dan minta putus. Paginya, berita tersebut telah tersebar ke seluruh penjuru kampus.
Untuk menunjukkan dirinya telah sendiri lagi, Ling menerima ajakan adik kelasnya untuk berkencan. Saat berpapasan, Qi Luo menanyakan kebenaran berita tersebut, yang diangguki oleh Ling. Ucapan tersebut benar-benar memukul Qi Luo, yang masih tidak percaya hubungan mereka telah berakhir. Sebelum berpisah, Ling mengatakan senang bisa mengenal Qi Luo yang telah membuatnya merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakan saat bersama gadis lain.
Kepasrahan Qi Luo membuat Qing Mei marah, ia mengingatkan gadis itu betapa banyak halangan yang ditempuh supaya keduanya bisa bersama. Qi Luo berubah pikiran dan berusaha mengejar Ling namun terlambat, motornya telah dipacu meninggalkan kampus. Malamnya, pemuda itu mengajak dua orang wanita berkencan disaksikan Qing Mei dan Da Ye, yang belakangan menunggu dimotornya. Saat keluar, Ling mengaku tidak melakukan apa-apa karena terus teringat Qi Luo.
Ternyata, alasan Ling meminta putus karena pria itu merasa Qi Luo tidak percaya dirinya bisa memberi masa depan padahal dalam hatinya, ia sedang membangun rumah untuk gadis itu. Ling memutuskan untuk kembali memberi kesempatan pada Qi Luo, yang sebenarnya telah menunggu dirumahnya sejak sore hingga larut malam. Namun saat ia tiba, gadis itu telah pergi.
Ling memacu motornya ke stasiun yang telah tutup, namun Qi Luo ternyata belum pulang karena tidak membawa uang. Gadis itu menepis anggapan Ling dengan mengatakan kalau pria itulah orang yang diberinya ciuman pertama, membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasa, dan yang paling penting memberi keberanian untuk menghadapi masa lalu yang ditakutinya. Keduanya berpelukan dan kembali berbaikan.
Paginya, sang ayah tiri setengah memaksa mengantar ibu Qi Luo kerumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya. Qi Luo tersenyum dan menganggap bahwa semua telah kembali seperti biasa, namun perkiraannya meleset. Mendadak, sang ayah tiri muncul saat ia mengobrol dengan Qing Mei, menutup telepon dengan paksa, dan kembali berusaha memperkosanya. Namun kali ini, Qi Luo tidak tinggal diam.
Mendengar sang ibu lebih mempercayai sang ayah tiri dibanding dirinya, Qi Luo langsung menangis terisak-isak di pelukan Ling. Ia langsung memutuskan untuk keluar dari rumah, dan tinggal bersama pemuda itu.
Meski senang mendengar kabar itu, Ling merapikan ranjangnya untuk ditiduri Qi Luo sementara ia sendiri akan menginap di kamar A Jian. Qi Luo mencegahnya pergi, namun pemuda itu mengatakan ia tidak ingin berbuat hal yang bisa membuat Qi Luo sedih. Gadis itu mengatakan ingin Ling membantunya menemukan kembali keceriaan yang dulu pernah dimiliki. Keduanya berciuman.
Saat sedang bermesraan, Qi Luo sempat ketakutan karena kembali teringat dengan kejadian terkutuk yang pernah dialaminya. Namun dengan lembut Ling memintanya untuk membuka mata, dan melihat kalau dihadapannya adalah pria yang dicintainya. Qi Luo tidak takut lagi, dan tersenyum dipelukan Ling. Paginya, Qing Mei yang datang meminjamkan baju mengolok-olok pasangan 'pengantin baru' tersebut.
Untuk pertama kali setelah sekian lama, Ling berangkat kerja dengan penuh semangat. Apalagi, ia diberikan bekal oleh Qi Luo wanita yang disayanginya. Saat pulang, Ling mengaku ingin segera menikah supaya mereka bisa memiliki sesuatu yang tidak pernah dipunyai sebelumnya yaitu keluarga. Qi Luo menjawabnya dengan senyum dan pelukan erat.
Qing Mei yang diberitahu langsung berteriak-teriak saking senangnya. Saat sedang menerawang ke luar jendela, Qi Luo melihat Ling bersama seorang wanita. Wanita itu pula yang belakangan ditemuinya saat mencari alamat rumah Ling, ia mengaku sebagai pacar ayah Ling yang bernama Zhong Zhi.
Sesampainya dirumah, Qi Luo mengira Ling sudah pulang karena melihat pintu yang terbuka. Siapa sangka, yang ada didalam adalah sang ayah tiri, yang dengan memasang raut wajah ramah meminta gadis itu kembali kerumah. Karena terdesak, Qi Luo berlari keatas atap sambil dikejar pria munafik tersebut.
Ling mendengar dari Qing Mei kalau ayah Qi Luo menanyakan pada teman-teman seantero kampus tentang hubungan keduanya, dan mulai kuatir dengan keselamatan Qi Luo sehingga langsung pulang dengan memacu motornya. Benar saja, ia menemukan Qi Luo bersama sang ayah angkat di atap. Gemas dengan kelakuan pria itu, Ling menghajarnya hingga babak-belur.
Pria itu bahkan nyaris jatuh dari ketinggian karena tergelincir, Ling yang kalap dan hendak membiarkan ayah tiri Qi Luo jatuh mendadak teringat ucapan Hong Dao yang mengatakan bahwa mereka mempunyai sifat kejam yang sama, dan langsung menolong pria itu saat ia hampir jatuh.
Bukannya berterima kasih, ayah tiri Qi Luo meneriakinya penjahat sehingga keduanya harus melarikan diri. Di hotel, Qi Luo kuatir sang ayah tiri melaporkan kejadian tersebut ke polisi, sehingga Ling bisa masuk penjara. Usulannya meminta tolong ditolak mentah-mentah, Ling malah mengajaknya melarikan diri. Saat pria itu tertidur, Qi Luo memutuskan untuk kembali kerumahnya.
Keesokan harinya saat bangun, Ling tidak menemukan Qi Luo. Diapartemennya, ia menemukan surat gadis itu yang mengatakan kembali kerumah untuk menghindari kesulitan dan ia juga berterima kasih pada Ling. Karena tidak ada jalan lain, Ling terpaksa menelan ucapannya sendiri dan pergi meminta pertolongan dari ayah yang dibencinya.
Ternyata Ling bergeming, ia rela memohon pada sang ayah bahkan berjanji akan melakukan apapun permintaan pria itu demi Qi Luo. Melihat kesungguhan putranya, Zhong Zhi langsung meminta sekretarisnya menghubungi pengacara terbaik.
Dirumahnya, Qi Luo masih tetap tidak mau makan. Sang ayah tiri tetap ngotot untuk menuntut Ling ke pengadilan. Namun, sebuah telepon dari pengacara keluarga Chen mengubah segalanya. Pria itu setuju untuk tidak melanjutkan masalah itu ke pengadilan, karena takut dengan kekuasaan Zhong Zhi yang memiliki perusahaan komputer terbesar di Taiwan. Mendengar masalahnya selesai, Ling konsekuen dengan ucapannya.
Dia juga mendatangi rumah Qi Luo untuk menemui ibunya, dan meminta maaf atas tindakan gegabah yang dilakukannya dimasa silam. Ia juga meminta ijin supaya diperbolehkan menikah dengan Qi Luo dan bejanji membahagiakan gadis itu. Qi Luo langsung keluar dan memeluk pria yang dicintainya itu, ibu Qi Luo pun merestui hubungan mereka. Sebelum berpisah, ibu Qi Luo meminta maaf pada anaknya dan meminta Qi Luo untuk bisa hidup bahagia.
Saat hendak makan malam dengan ayahnya, Ling kembali bersikap dingin bahkan menegur Qi Luo yang nampak sangat memperhatikan penampilan. Saat bertemu, Qi LUo sadar bahwa pria itu yang ditemuinya di galeri dan menanyakan perihal lukisannya. munculnya seorang pelayan yang membeberkan tingkah Ling saat dia masih kecil semakin membuat pria itu sebal.
Saat makan, Zhong Zhi berharap hubungan mereka bisa terpelihara dengan baik karena tinggal mereka berdua yang tersisa di keluarga itu. Suasana mulai panas ketika Ling mulai mengungkit masalah kekayaan ayahnya yang menyelamatkan mereka. Ketika Qi Luo kelepasan bicara pernah bertemu sang ayah sebelumnya untuk mendinginkan suasana, amarah Ling tak terbendung lagi.
Saat makan di pinggir jalan, Qi Luo mengatakan pada Ling bahwa pria itu sama seperti deskripsi sekretaris Fang Min yaitu pria tidak berguna yang malang. Keesokan harinya, sebuah mobil mewah masuk ke daerah apartemen Ling yang kumuh. Saat diajak ke rumah Ling yang sesungguhnya, Qi Luo terdiam dan mulai mengerti kenapa rumah sebesar itu tidak disukai Ling.
Saat tiba di kamar, Qi Luo mengatakan bahwa dengan kamar sebesar itu, pastilah sang ayah terus berharap supaya ia bisa pulang. Mendadak, Qi Luo meminta Ling untuk menunjukkannya kamar almarhum Sheng. Di kamar itu, Qi Luo untuk pertama kalinya melihat foto ayah kandung Ling.
Qi Luo merasa serba salah karena baik Ling maupun ayahnya sama-sama diam. Meski Ling berulang-kali membuat keadaan berlangsung tidak enak, Zhong Zhi meminta keduanya untuk tinggal dirumah tersebut demi meramaikan suasana.
Mendengar Ling rela menyerahkan motornya, Qi Luo terkejut. Namun saat berbicara berdua, Ling mengaku rela melepas impiannya menjadi pembalap karena ingin bisa membahagiakan Qi Luo setelah keduanya menikah nanti. Meski berusaha ceria, Qi Luo tahu betul Ling menderita atas keputusan yang diambilnya.
Karena tidak bisa tidur, Qi Luo meminta ijin agar boleh kembali melihat-lihat kamar Sheng. Sebelum pergi, Ling memperingatkan Qi Luo untuk berhati-hati karena ia merasa ada yang aneh dengan kamar itu. Saat sendirian, Ling merasa seolah wanita dalam lukisan keluar dan hendak mencekiknya.
Dikamar Sheng saat melihat sebuah lukisan bercat minyak, Qi Luo sadar bahwa ada sepucuk surat yang sengaja diselipkan dibalik lukisan tersebut. Dalam surat itu terungkap alasan dibalik bunuh dirinya Sheng, dan kenyataan bahwa ia telah lama mengetahui kalau dia dan Ling bukan anak kandung orang yang selama ini dianggap sebagai ayah.
Qi Luo langsung menangis usai membaca surat tersebut, lamunannya terhenti oleh suara berdebam yang didengarnya. Lamunan Ling buyar oleh teguran sang ayah, yang heran melihat putranya masih bangun. Di kamar setelah bertemu Ling, Qi Luo dilanda dilema apakah akan memberitahu soal surat wasiat Sheng atau tidak.
Keesokan harinya, Ling kembali ke rumah sakit tempatnya dirawat dulu dan meminta dokter yang telah dikenalnya untuk menceritakan kejadian sebenarnya seputar penyakit sang ibu. Dari situ Ling tahu kalau ibunya sempat ingin membunuh dirinya dan Sheng.
Apa yang ditakutkan Ling benar, sang ibu meninggal karena bunuh diri. Yang lebih menyakitkan lagi, Ling merasa alasan dari penyakit itu adalah karena sang ibu menyesal telah melahirkannya dan Sheng sementara sang ayah ternyata tidak sekejam yang dikira.
Di rumah, Zhong Zhi menceritakan kisah tentang Xiao Yan almarhum adiknya yang benar-benar memiliki kemiripan sifat dengan Ling. Qi Luo terharu mendengar pria itu sangat memperhatikan Ling meski pada kenyataannya pemuda itu bukan anak kandungnya. Gadis itu juga ditunjukkan foto ayah Ling, yang ternyata juga seorang pembalap, dan meninggal di arena balap.
Zhong Zhi yang ternyata mandul mulai merasa bahwa nasibnya dan Ling sama yaitu sama-sama dicampakkan oleh orang yang dicintai. Pria setengah baya itu juga telah merasa kalau Ling telah tahu akan kejadian yang sebenarnya.
Saat hendak pulang, di jalan Ling disambut oleh Qi Luo yang tersenyum manis. Gadis itu senang melihat sikap kekasihnya yang nampak ceria, dan mengaku telah melupakan semua kejadian lampau dan siap menyongsong hari depan yang lebih cerah. keduanya bergandengan tangan sambil berjalan pulang.
Ling memulai pelajarannya untuk meneruskan bisnis sang ayah, ia bahkan 'rela' mengganti pakaian kebesarannya dengan jas. Untuk mengejar ketinggalannya, Ling meminta Qing Mei untuk menjadi guru privatnya. Saking kerasnya belajar, Ling sampai jatuh sakit. Meski begitu, ia bertekad untuk bisa menyamai kemampuan sang ayah.
Uutuk menenangkan diri, Ling pergi ke sebuah taman. Saat menyusul, Qi Luo itu melihat Ling sedang asyik memperhatikan beberapa motor beraksi. Ia sadar betapa dalam cinta Ling terhadap dunia balapan yang pernah ditekuninya.
Godaan bagi Ling untuk meninggalkan dunia lamanya tidak sampai disitu, Ming Gao memberitahu bahwa ia diminta datang ke Jepang untuk berlaga di ajang GP500. Namun, kejadian yang dialami seorang rekan lamanya membuat Ling mengubah pandangannya.
Begitu sampai dirumah, Ling langsung tertidur pulas. tahu apa yang menjadi beban pikirannya, Qi Luo berbisik lembut meminta pria itu supaya tidak melepaskan impiannya. Keesokan harinya, gadis itu menghadap Zhong Zhi untuk memberikan ijin Ling kembali ke dunia balap.
Qi Luo mengatakan bahwa sebenarnya mereka hanya menggunakan cinta egois untuk menahan, padahal kalo cinta yang mulia tidak mengharapkan apa-apa kan. Ucapan itu membuat Zhong Zhi tertegun, ia teringat perbincangan dengan sang adik beberapa tahun silam.
Malamnya seusai perjamuan dengan para tamu, Zhong Zhi menegur Ling yang sedang duduk sendirian di luar. Ia menceritakan bahwa adiknya Xiao Yan yang juga ayah Ling sebenarnya tidak meninggal karena kecelakaan melainkan di arena balap. Meski cukup terkejut, Ling mengatakan bahwa adalah sebuah kebahagiaan sendiri bisa memenuhi impian dalam hidup.
Zhong Zhi juga menyatakan bahwa Ling tidak berbakat jadi pemimpin, dan dia bebas melakukan apapun yang dimau. Pemuda itu langsung tertawa kegirangan diiringi pandangan keheranan sang ayah. Dijalan, ia dikejar Qi Luo yang membawa jas yang dilemparnya ke tengah jalan dan sebuah kejutan : undangan dari Yamaha yang pernah dibuangnya. Qi Luo mengatakan siap mengikuti Ling ke Jepang.
Qi Luo melihat langsung Ling melakukan test-drive di sirkuit. Meski hatinya berdebar-debar karena takut terjadi sesuatu yang tidak baik, gadis itu sadar bahwa itulah pilihan hidup yang disukai Ling. Ia menceritakan pengalamannya pada Qing Mei saat tiba di Taiwan, dan mengaku senang melihat kekasihnya tersebut seperti 'hidup' kembali.
Qing Mei menawarkan supaya Qi Luo segera menikah dengan Ling, dan mengatakan bahwa pernikahan bisa membuat hidup sesorang stabil. Yang mengejutkan, gadis itu mengaku melihat Hong Dao dijalan. Ia menelepon polisi Tian untuk menanyakan dimana pria aneh itu berada, dan jawabannya sangat tidak menyenangkan.
Malamnya saat mengobrol berdua, Qi Lo menyatakan niatnya untuk segera menikah. Sambil tersenyum lembut dan memeluk gadis itu, Ling menyatakan bersedia. Paginya saat hendak mencari cara memberitahu kabar itu pada ayahnya dan guru Shi, ia melihat Hong Dao berjalan didepannya. Mengacuhkan nasehat Fang Min, ia langsung mengejar.
Saat mengobrol berdua, Ling terkejut mendengar Hong Dao sudah tahu dirinya akan menikah. Meski tidak menyampaikan secara langsung, Hong Dao menyampaikan hendak membuat Ling gila lagi dengan mencelakakan Qi Luo. Namun, ucapan Ling berikutnya membungkam Hong Dao.
Saat hendak pulang ke rumah, lagi-lagi Ling berjumpa dengan Hong Dao. Tidak sadar akan bahaya yang mengancam, Ling berusaha menghiburnya. Diam-diam Hong Dao mengeluarkan pisau lipat dan menusuknya, sambil mengatakan bahwa Ling salah telah meremehkannya.
Bukannya takut dengan Hong Dao, Ling malah menertawakannya. Kesal dengan tindakan itu, Hong Dao menusuk sekali lagi dan meninggalkan Ling begitu saja. Dengan sisa tenaga terakhirnya, Ling berusaha bangkit. Da Ye yang menyusul terkejut saat menemukan sahabatnya itu tergeletak bersimbah darah di lorong.
Dirumah sakit, Qi Luo langsung histeris mendengar parahnya luka, dan menangis meraung-raung dipelukan Qing Mei. Semua menanti dengan kuatir, termasuk Zhong Zhi yang belakangan muncul. Dari ruang tunggu, Qi Luo terus menatap pintu kaca dimana para perawat terlihat berlarian keluar-masuk ruang operasi.
Saat sendirian, Qi Luo keheranan menyaksikan pintu otomatis terbuka sendiri. Ia sangat terkejut melihat arwah Sheng muncul dan berjalan menembus tubuhnya. Ia berteriak memohon supaya Sheng tidak menjemput Ling, namun sia-sia belaka. Sementara itu, Ling terkejut melihat dirinya mendadak berada diatas atap.
Dari bawah, tangan Sheng terulur hendak menggapainya. Saat hendak meraih, dari belakang terdengar suara Qi Luo yang memintanya untuk kembali. Sambil mengucapkan maaf karena tidak bisa ikut dengan adik kembarnya, Ling menggapai tangan Qi Luo dan kembali ke dunia nyata.
Setelah sembuh, Ling mengobrol dengan sang ayah dan meminta maaf karena selama ini telah membuatnya kuatir. Qi Luo yang muncul dan hendak memberikan air minum pada keduanya langsung mengurungkan niatnya, dan memberikan kesempatan pada ayah dan anak untuk memperbaiki hubungan mereka.
Tak terasa setahun telah berlalu sejak pernikahan Ling-Qi Luo, lukisan Mars yang dulu pernah dibuat dipasang di kantor Zhong Zhi. Hubungan keduanya telah akrab sang ayah bahkan meminta supaya Ling cepat punya anak. Ucapan tersebut dibalas Ling dengan menyindir Zhong Zhi supaya cepat meresmikan hubungannya dengan Fang Min.
Di taman, Ling melihat Qi Luo menggambar lukisan ayah dan anak dan mengatakan bahwa kini gambar istrinya tersebut sudah jauh berbeda dibanding saat pertama kali bertemu. Saat mengobrol, Qi Luo akhirnya memberitahu tentang surat Sheng yang ada didalam lukisannya.
Setelah membaca, Ling hanya bisa menyesali kebodohan adiknya dan memutuskan untuk membakar surat tersebut. Ia mengatakan bahwa kelak pasti menyusul sang adik dan mungkin saja Sheng tidak akan mengenalinya lagi karena sudah tua. Ling menghela napas dan memutuskan untuk memandang ke masa depan yang lebih baik yang akan dijalaninya bersama Qi Luo.
Di toko, Qing Mei dan Da Ye yang telah menikah kembali ribut karena gagal merekam pertandingan balap resmi pertama Ling. Qing Mei menyalahkan suaminya yang dinilai tidak becus mengutak-atik televisi, pertengkaran mereka terputus oleh panggilan para pelanggan.
Qi Luo menyambut Ling, dan bertanya apakah ia masih percaya bahwa dunia akan kiamat suatu saat. Dengan tenang, pria itu mengatakan bahwa mereka tetap harus menjalani hidup dan meminta Qi Luo untuk terus menemaninya sampai hari itu tiba. Qi Luo langsung memerat erat sang suami, seolah tidak mau lepas lagi.
Cast
Tidak ada komentar:
Posting Komentar